Antara Asida & Lalampa di Bulan Ramadan

Seperti lagu  “Antara Anyer dan Jakarta” yang melegenda, diciptakan oleh musisi Oddie Agam, dipopulerkan oleh penyanyi Malaysia bernama Sheila Majid, dalam bait lagunya ;

Antara Anyer dan Jakarta, kisah cinta tiga malam kan ku ingat selamanya,

antara Anyer dan Jakarta (Jakarta), Kita jatuh cinta (jatuh cinta), 

Antara Anyer dan Jakarta…

Itulah sebuah lagu, kisah cinta tiga malam saja, akan diingat selalu, begitu pula kalau ke Ternate salah satu kota kecil bulat kerucut dengan penduduk Muslim terbanyak. Pada kota seribu benteng bekas peninggalan Belanda dan Portugis di Maluku Utara itu memiliki ragam kuliner khas. Kuliner khas ini lebih ramai dijumpai saat bulan puasa Ramadan. Beberapa kuliner lokal yang selalu habis diburu oleh warga muslim setempat, yaitu “asida” dan “lalampa”.

Kue asida (Arabic: عصيدة‎, romanized: ‘aṣīdah; Jawi: اسيدا) is an Indonesian pudding dessert made of water with mixture of wheat flour, sugar, cinnamon, cardamom, butter and honey. This dessert is typical Moluccan cuisine and also found in Malay Indonesian and Arab Indonesian cuisine

Menurut  Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, kue asida (bahasa Arabعصيدة, translit. ‘aṣīdah‎; Jawiاسيدا) adalah sebuah hidangan penutup puding Indonesia yang terbuat dari air dengan campuran tepung gandumgulakayu manismentega dan madu. Hidangan tersebut merupakan hidangan khas Maluku dan juga ditemukan dalam hidangan Melayu dan Arab Indonesia. Hidangan tersebut biasanya disajikan pada Ramadan untuk iftar. Kue asida nyaris mirip dengan dodol.

Seperti halnya di Ternate, kuliner Asida atau dodol Arab, yang asal-muasal kuliner tersebut diperkenalkan para pedagang Arab saat menyiarkan Islam di Ternate pada abad ke-15 silam,  banyak dimakan oleh warga Arab dan Afrika Utara sebagai sarapan pagi. Di bulan puasa begini menjadi kue yang paling laris diburu warga Ternate untuk hidangan berbuka puasa. Saking larisnya, asida dijual hampir di seluruh lapak jualan takjil Ramadan di sebarang jalan Pantai Falajawa, Kota Ternate.  

Mengenai Rasa kue asida khas Arab ini tergantung dari kita merasakannya, karena cara menyiapkannya memang susah-susah gampang. Jika keliru mengolah maka hasilnya tidak akan memuaskan dan bahkan tidak sedap. Padahal kue ini hanya terbuat dari campuran gula merah dan tepung terigu/gandum yang memiliki rasa manis legit dengan sedikit aroma rempah dan disantap dengan lelehan mentega. Harusnya sih memiliki aroma dan cita rasa yang bisa memancing selera kita.

Ada beberapa hal yang sedikit banyak mempengaruhi kualitas rasa dari kue asida khas arab ini, dari jenis bahan, selanjutnya pemilihan bahan segar, hingga cara membuat dan menghidangkannya. Tidak usah pusing kalau mau menyiapkan kue asida khas Arab yang enak di mana pun anda berada, karena asal sudah tahu triknya maka hidangan ini mampu jadi suguhan spesial.

Berkaitan dengan cita rasa “ada juga yang rasa durian” dan rasa cardamun (kapulaga) memiliki cita rasa yang kuat dan nikmat kalau dimakan. Alhasil kue khas Arab ini memiliki daya pikat tersendiri.

Target kuliner berikutnya adalah “lalampa”. Dibeberapa tempat di luar Ternate ada yang menyebut lamper (Jawa), Gogos (Ambon). Di Ternate kuliner khas ini mempunyai ciri khas tersendiri  terbuat dari beras ketan, dengan  daging ikan  Cakalang/Tuna  yang kuat seratnya yang sudah dihaluskan seperti abon dengan campuran bumbu, apalagi ditambah bumbu cabe yang menyengat dan kemudian dibungkus daun pisang. Setelah itu diasapin hingga masak, punya aroma asap yang sedap. Saat Ramadan begini, paling laris dibur. Bahkan pemesanannya pun dilakukan lebih awal sebelum tersaji di meja atau tempat jualan.


Mengenai cita rasa tergantung dari pembuat dan pemesan, ada rasa pedas, manis, asin, bahkan ada yang berkreasi dengan mencampurkan dengan buah Kenari.

Itulah Antara Asida dan Lalampa sekali, dua tiga kali rasa, akan teringat selalu dan mau  mencarinya, sampe kapanpun, walaupun sampe ke Timur Indonesia…. 🙂